11 BUKU TERBAIK YANG SAYA BACA DI TAHUN 2022 (Indonesia)

        Pada hari ini, 26 Desember 2022, akhirnya saya genap telah menyelesaikan 100 buku selama hampir satu tahun. Puji Tuhan! 🙏 Tentu saja hal ini bukanlah perjalanan yang mudah mengingat saya sempat menghadapi berbagai lika-liku dalam dunia membaca. Namun, saya benar-benar bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk dapat mengeksplorasi cakrawala dunia melalui buku yang. Saya juga telah memenuhi target membaca pada tahun ini, yaitu target untuk mengeksplorasi genre-genre buku di luar genre nyaman saya (nonfiksi). Pada tahun ini juga saya menemukan genre buku favorit saya, yaitu genre sains, komedi, dan historical fiction. Selain itu, ada banyak hal lainnya yang saya syukuri juga berkaitan dengan perjalanan membaca saya pada tahun ini. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Salah satu hal yang saya syukuri pada tahun ini juga adalah bahwa saya menemukan beberapa buku yang benar-benar mengubah sudut pandang saya dalam berpikir. Bila sebelumnya saya sempat membuat artikel mengenai buku-buku nonfiksi yang mengubah hidup saya, kali ini buku-buku terbaik yang saya ulas secara singkat bukan hanya datang dari genre buku nonfiksi saja, melainkan dari buku fiksi juga. Yep. That is my biggest character development of the year. Berikut adalah urutan ke-11 buku terbaik yang saya baca pada tahun 2022: JANGAN COPAS TANPA IZIN


 1. The Book You Wish Your Parents Had Read (2020) 
Penulis: Philippa Perry
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Untuk teman-teman yang mengikuti media sosial saya, pasti sudah tidak asing lagi dengan buku ini karena buku inilah yang tak henti-hentinya saya rekomendasikan pada kalian semua 😄 Buku ini juga saya masukkan ke dalam daftar 10 Buku Yang Mengubah Hidup Saya.  JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Singkatnya, trauma yang saya miliki sempat membuat saya merasa skeptis untuk memiliki pasangan dan bahkan memiliki anak. Namun, buku ini mampu mengubah pemikiran saya tersebut. Buku ini adalah buku pertama yang membuat saya merasa "divalidasi" sebagai anak. Melalui buku ini, saya jadi menyadari bahwa saya terjebak dalam masalah generational trauma yang sudah menggerogoti keluarga saya secara turun temurun. Hal itulah yang membuat saya menyimpan rasa ketidaksukaan yang mendalam terhadap anak-anak. Namun, buku ini mendorong saya untuk segera memutuskan rantai generational trauma tersebut pada generasi saya. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        The Book You Wish Your Parents Had Read menjadi buku terbaik yang saya baca di tahun 2022. Meskipun seiring berjalannya waktu saya menemukan buku-buku lainnya yang cukup menarik, namun sejauh ini belum ada buku yang benar-benar dapat mengubah pemikiran saya secara radikal seperti buku ini. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)


 2. Sapiens: A Brief History of Humankind (2011) 
Penulis: Yuval Noah Harari
⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Akhirnya, saya membaca buku Sapiens setelah beberapa tahun sebelumnya sempat menyelesaikan buku Homo Deus dan 21 Lessons For A 21st Century dari penulis yang sama. Buku Sapiens ini menjadi salah satu buku yang paling saya nikmati proses membacanya di tahun ini. Saya telah membuat ulasan singkat mengenai buku ini pada artikel sebelumnyaJANGAN COPAS TANPA IZIN

        Setiap membaca tulisan Harari, saya selalu dibuat takjub dengan kemampuan beliau yang mampu menuangkan pemikiran kompleks ke dalam gaya penulisan yang sederhana dan mudah dimengerti. Saya merasa buku ini sangat enjoyable. Hal ini mungkin saja dikarenakan buku ini terasa "memenuhi kebutuhan" saya yang memang menyukai buku-buku nonfiksi dengan tema sejarah, antropologi, dan ilmu sosial. Sapiens merupakan buku berbahasa Inggris pertama yang saya baca dari trilogi Sapiens (karena sebelumnya saya membaca buku Homo Deus dan 21 Lessons For A 21st Century dalam versi terjemahan saja). Menurut saya, buku Sapiens yang berbahasa Inggris ini justru lebih mudah dimengerti daripada buku Homo Deus versi terjemahan bahasa Indonesia. Mungkin hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa saya menganggap buku Sapiens ini lebih mudah dimengerti daripada kedua buku lainnya. Meskipun buku ini dipublikasikan 11 tahun yang lalu, namun buku ini masih terasa hangat dan relevan saat dibaca pada tahun 2022. Meskipun demikian, saya tetap memberikan buku ini rating objektif yaitu 4/5. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa informasi dari buku ini (terutama informasi yang dikutip dari Alkitab) yang disampaikan secara tidak akurat. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Namun, saya tetap akan merekomendasikan buku Sapiens ini kepada teman-teman yang juga memiliki ketertarikan pada buku-buku bertemakan sejarah, antropologi, dan ilmu sosial. JANGAN COPAS TANPA IZIN


 3. The Tattooist of Auschwitz (2018) 
Penulis: Heather Morris
⭐⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        The Tattooist of Auschwitz adalah buku fiksi pertama yang debut ke dalam daftar buku terbaik versi saya pada tahun 2022. Awalnya, saya membeli buku ini karena terlanjur membeli buku Cilka's Journey terlebih dahulu. Saya baru menyadari bahwa Cilka's Journey merupakan buku kedua dari trilogi The Tattooist of Auschwitz dan buku The Tattooist of Auschwitz inilah yang merupakan buku pertama dari trilogi tersebut.  JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Kisah dari buku ini diambil dari kisah nyata seorang penyintas Holocaust yang bernama Lale Sokolov di kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau. Buku ini merupakan buku fiksi pertama yang mampu membuat saya merasakan gejolak emosi yang luar biasa mulai dari rasa sedih, takut, hingga marah. Buku ini lebih berfokus pada perkembangan karakter daripada plot ceritanya. Penulis buku ini mampu membuat karakterisasi yang kuat pada setiap tokoh-tokohnya. Rasanya setiap tokoh yang datang dan lalu dalam buku ini selalu membekas dalam benak saya. Bahkan, karakterisasi Mengele dalam buku ini mampu membuat saya merasa sebal luar biasa hingga merasa mual. Setelah membaca buku ini, saya cukup merasa hampa karena memikirkan nasib tokoh-tokoh yang datang dan "hilang" begitu saja. Melalui buku ini, saya belajar untuk berempati serta memandang suatu peristiwa dari sudut pandang yang berbeda. Buku ini juga membuat saya menyadari bahwa orang-orang yang mampu "survive" dalam berbagai kesulitan adalah orang-orang yang berani menerima penderitaan yang mereka alami dan menghadapinya secara lapang dada. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        The Tattooist of Auschhwitz menjadi salah satu buku fiksi terbaik yang pernah saya baca karena mampu menggelitik sisi emosional dalam diri saya. Buku ini juga merupakan buku fiksi yang mengusung tema penting sehingga buku ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran (awareness) mengenai peristiwa sejarah yang pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Saya merekomendasikan buku ini untuk menjadi buku yang harus dibaca oleh semua orang setidaknya sekali seumur hidup. JANGAN COPAS TANPA IZIN


 4. Essentialism (2011) 
Penulis: Greg McKeown
⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Buku Essentialism merupakan salah satu buku terbaik di tahun ini yang cukup mengubah hidup saya. Saya sudah pernah memberikan ulasan lengkap mengenai buku ini pada artikel sebelumnya. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Singkatnya, buku ini cukup memberikan validasi mengenai prinsip yang telah saya jalankan selama ini. Saya seringkali menerapkan batas (boundaries) terhadap orang lain dengan mengatakan "tidak" pada situasi-situasi tertentu. Tindakan saya tersebut seringkali dianggap arogan atau egois. Namun, buku ini memberikan validasi pada tindakan saya tersebut karena secara tidak sadar ternyata saya telah menjalankan prinsip essentialism. Prinsip essentialism adalah prinsip di mana kita hanya berfokus pada hal-hal yang esensial saja dalam hidup kita. Buku ini cukup memiliki pengaruh pragmatis dalam hidup saya 😅 Setelah membaca buku ini, saya terinspirasi untuk mengaktifkan Whatsapp Business agar dapat mengantisipasi pesan yang datang di luar jam kerja dengan balasan otomatis. That might be the best decision I've ever made after reading this book. Meskipun tidak benar-benar menyelesaikan masalah, namun setidaknya frekuensi gangguan tersebut lumayan berkurang sehingga saya pada akhirnya dapat lebih berfokus diri pada aktivitas kreatif di luar jam kerja saya 😛 (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Buku Essentialism sangat saya rekomendasikan bagi teman-teman yang juga merasa hidupnya penuh keriweuhan dan perlu menempatkan batas (boundaries) terhadap orang-orang sekitar.


 5. Si Kecil Yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa (2021) 
Penulis: Patresia Kirnandita
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Pertama kali saya berjumpa dengan istilah "inner child" dalam buku Jung dan Freud beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu saya kurang mengerti apa makna dari istilah ini karena Jung hanya membahas hal ini secara sekilas saja. Namun, belakangan ini saya menemukan buku berbahasa Indonesia yang menjelaskan mengenai istilah "inner child" secara lebih mendetail, yaitu buku Si Kecil Yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa.

        Buku ini lebih mirip seperti memoir penulisnya yang merupakan seorang penyintas abusive household. Meskipun demikian, buku ini sangat relatable dan terasa dekat dengan saya. Hal ini mungkin disebabkan karena saya mengalami hal serupa seperti yang dialami oleh penulis juga. Dalam proses membaca buku ini, tak jarang saya berhenti sejenak karena ada beberapa bagian yang cukup triggering bagi saya dan mengingatkan saya akan hal-hal yang pernah saya alami di masa lalu. Tema besar yang dibahas di dalam buku ini adalah mengenai sikap dalam menghadapi trauma abusive household. Dalam buku ini juga terdapat beberapa tema kecil yang bersinggungan dengan tema utama ini seperti mengenai generational trauma, sexual abuse, grooming, dsb. Buku ini secara pribadi beresonansi dengan saya karena merepresentasikan luka yang pernah saya alami. Buku ini membuat saya merasa bahwa perasaan luka yang saya alami ini valid(SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Saya bersyukur karena membaca buku Si Kecil Yang Terluka dalam Tubuh Orang Dewasa ini. Buku ini memuat tema yang sangat penting yang seringkali masih ditabukan dalam masyarakat kita. Buku ini mengingatkan saya terhadap buku The Book You Wish Your Parents Had Read. Buku ini termasuk salah satu buku yang berpengaruh dalam hidup saya karena setelah membaca buku ini saya terdorong untuk segera mencari bantuan profesional dalam menangani masalah mental saya. Saya harap buku ini ke depannya dapat turut menguatkan teman-teman yang tengah menghadapi masalah atau trauma serupa juga. JANGAN COPAS TANPA IZIN


 6. Flow (1990) 
Penulis: Mihaly Csikszentmihalyi
⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Pertama kali saya mengenal istilah "flow" melalui buku Stolen Focus-nya Johann Hari. Kebetulan Csikszentmihalyi juga menjadi salah satu dari narasumber buku tersebut. Karena itulah saya pada akhirnya memutuskan untuk membaca buku Flow ini. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Csikszentmihalyi memprakarsai teori "flow", yaitu sebuah kondisi di mana seseorang begitu terbawa dalam aktivitas yang sedang dilakukan hingga memasuki tahapan "nothing else matters". Menurut beliau, "flow" ini erat kaitannya dengan kebahagiaan (happiness). Secara instingtif, manusia selalu mencari kebahagiaan (happiness). Masalahnya, kita seringkali salah paham dengan mengira bahwa happiness sama dengan pleasure. Kita bekerja mati-matian untuk mengejar pleasure seperti uang, rumah, kenyamanan, dsb. Namun, ketika sudah mendapatkan semua itu seringkali kita tetap merasa kosong dan tidak puas. Hal ini disebabkan karena kita tidak mampu membedakan antara happiness dan pleasure. Kita seringkali lebih mengejar pleasure hingga lupa bahwa yang kita butuhkan secara naluriah adalah happiness. Nyatanya, menurut Csikszentmihalyi mungkin saja kita sudah pernah mengalami kebahagiaan (happiness) dalam hidup kita, misalnya pada saat kita melakukan aktivitas sehari-hari yang enjoyable sampai-sampai lupa waktu. Pada saat kita melakukan aktivitas dengan fokus penuh itulah sebenarnya kita sedang berada dalam tahap "flow"; di mana pada saat itu juga kita sedang mengalami kebahgiaan (happiness) yang sesungguhnya. Seringkali, hal yang membuat kita depresi adalah pada saat kita melakukan aktivitas rutin yang tidak kita nikmati sama sekali, sehingga pada akhirnya pikiran kita cenderung akan "lari" dan memikirkan hal-hal yang negatif seperti memikirkan masalah, trauma, dsb. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Teman-teman yang menggemari tulisan Jung mungkin juga akan menyukai buku Flow ini karena gaya penulisan Csikszentmihalyi mirip dengan gaya penulisan Jung. Saya merekomendasikan buku ini untuk teman-teman yang sedang merasa kurang termotivasi dalam rutinitas sehari-hari. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)


 7. Man's Search For Meaning (1946) 
Penulis: Viktor E. Frankl
⭐⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Buku ini merupakan buku memoir terbaik dan paling enjoyable yang saya baca pada tahun ini. Buku ini menjadi buku yang membuat saya memiliki ketertarikan pada kisah-kisah para penyintas Holocaust. Buku ini jugalah yang pada akhirnya membuat saya memutuskan untuk membaca trilogi The Tattooist of Auschwitz. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Man's Search For Meaning ini mengisahkan mengenai perjalanan Frankl saat berada di kamp konsentrasi Auschwitz. Penjelasan Frankl mungkin agak terkesan apatis bahkan ruthless bagi beberapa orang karena the lack of emotion. Menurut saya, Frankl bukannya tidak merasakan emosi, namun beliau hanya kurang luwes saja dalam mengekspresikan emosinya. Dan justru hal inilah yang membantu beliau untuk dapat tetap bertahan (cope) melewati penderitaan di sana. Buku ini dibagi menjadi dua bab besar. Bab pertama mengisahkan mengenai perjalanan Frankl di kamp konsentrasi, sementara bab kedua menjabarkan mengenai teori logoterapi, yaitu teknik psikoterapi yang dianggap membantu Frankl dalam menghadapi penderitaan di kamp konsentrasi. Buku ini cukup mengubah pandangan saya terutama dalam menghadapi masalah dalam kehidupan. Buku ini mampu menjawab beberapa pertanyaan besar, seperti misalnya "mengapa ada beberapa orang yang berani mati bagi ideologi yang dianutnya, atau bahkan bagi Tuhannya?" Menurut Frankl, orang-orang tersebut mampu menghadapi penderitaan karena mereka mampu melihat makna yang lebih besar di balik penderitaan yang mereka alami tersebut. Mereka percaya bahwa penderitaan yang mereka alami akan mengerjakan kemuliaan yang lebih tinggi daripada kemuliaan yang dapat mereka peroleh di bumi. Buku ini memberikan harapan bagi saya untuk dapat mengubah sikap saya dalam menghadapi masalah yang ada. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Buku ini cukup beresonansi dengan buku Flow, di mana buku ini mengajarkan kita agar tidak mengejar kebahagiaan karena semakin kita mengejar kebahagiaan kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan itu. Menurut Frankl, cara memaknai hidup yang benar adalah dengan memaknai segala hal yang kita alami, termasuk penderitaan. Saya merekomendasikan buku ini bagi semua orang sebagai buku yang harus dibaca setidaknya sekali seumur hidup karena tema besar yang ingin diangkat dalam buku ini semakin relevan dan dibutuhkan pada masa kini. JANGAN COPAS TANPA IZIN


 8. The Prophet (1923) 
Penulis: Kahlil Gibran
⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Salah satu pencapaian saya di tahun ini adalah menemukan penulis favorit terbaru saya, yaitu Kahlil Gibran. Karya pertama Gibran yang saya baca pada tahun ini adalah buku The Prophet ini. Buku merupakan salah satu buku yang dapat diselesaikan sekali duduk. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Buku The Prophet ini mengisahkan tentang perjalanan seorang nabi (prophet) ke suatu wilayah. Di sana, nabi tersebut menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh penduduk wilayah tersebut, yaitu pertanyaan yang meliputi tema cinta, pernikahan, anak-anak, ekonomi, kebahagiaan, pekerjaan, agama, hingga kematian. Gaya penulisan The Prophet ini terdiri dari dua bentuk, yaitu narasi dan puisi. Saya dibuat jatuh cinta dengan gaya penulisan Kahlil Gibran karena beliau mampu mengekspresikan perasaannya melalui diksi-diksi yang indah. Saya dibuat tersenyum sepanjang membaca buku ini karena saya merasa setiap kata yang dilontarkan oleh Gibran dapat mewakili perasaan saya. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Saya merekomendasikan buku The Prophet ini untuk teman-teman gemar membaca puisi atau buku-buku bertemakan spiritual.


 9. Babel, Or The Necessity of Violence (2022) 
Penulis: R.F. Kuang
⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Awalnya saya membeli buku Babel karena cover-nya yang cantik banget. Namun, karena terdapat "kontroversi" ulasan Babel pada Instagram beberapa minggu yang lalu, saya akhirnya memutuskan untuk membaca Babel karena saya ingin menjawab pertanyaan mengenai, "memangnya Babel seburuk itu, ya?" JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Babel merupakan buku dark academia pertama yang saya baca. Babel mengisahkan tentang perjalanan Robin, seorang imigran dari Canton, yang berkuliah di Oxford tepatnya di Babel. Sesuai judulnya, Babel berfungsi sebagai pusat informasi dan sebagai lambang pusat literasi di Oxford pada saat itu. Saya cukup menikmati proses membaca Babel. Di buku Babel ini, saya akhirnya menemukan karakter fiksi favorit saya sepanjang masa, yaitu Robin. Hal ini dikarenakan saya mengidentifikasi diri saya (maybe way too much) dengan karakter Robin, sehingga saya perlu berhenti sejenak dalam membaca buku ini karena terdapat bagian dari kisah Robin yang cukup triggering bagi saya. Buku Babel ini mengangkat tema yang cukup penting yaitu mengenai kolonialisme dan rasisme yang dimanifestasikan melalui penggunaan bahasa. Babel mengingatkan saya pada Dunia Sophie, yaitu seperti buku nonfiksi yang dibalut dengan fiksi karena saya mempelajari banyak hal dalam buku ini. Saya menyukai gaya penulisan R.F. Kuang yang cukup witty. Saya juga menyukai cara Kuang menerjemahkan ekspresi nonverbal ke dalam kata-kata. Bagi beberapa teman-teman mungkin akan sedikit merasa tidak nyaman ketika membaca beberapa bagian dalam buku ini karena terdapat beberapa bagian yang menuliskan secara gamblang perilaku microaggression hingga blatant racism(SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Babel ini menjadi salah satu buku fiksi terbaik yang pernah saya baca dan saya berharap agar semua orang dapat membaca buku ini setidaknya sekali seumur hidupnya. Saya berharap ke depannya akan ada lebih banyak lagi buku fiksi yang mengangkat tema kolonialisme dan rasisme juga seperti BabelJANGAN COPAS TANPA IZIN


 10. Rapijali 1, 2, 3 
Penulis: Dee Lestari
⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Selanjutnya merupakan buku dari penulis favorit saya, Dee Lestari. Seri Rapijali ini merupakan seri buku fiksi dari Dee Lestari yang mengisahkan tentang perjalanan anak SMA bernama Ping. Seri Rapijali ini merupakan manuskrip Dee yang telah "tertidur" selama 27 tahun sebelum akhirnya dilanjutkan menjadi buku serial. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Menurut saya, gaya penulisan seri Rapijali ini lebih ringan daripada seri Supernova. Intrik-intrik yang terdapat dalam buku ini cukup relatable dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Yang membuat saya menyukai buku ini adalah nama beberapa karakternya cenderung bersifat gender neutral, seperti Ping dan Inggil. Pada buku pertama, kita dihadapkan pada konflik utama yang dihadapi oleh Ping. Saya pribadi memberikan rating 3/5 pada buku pertama karena penutup cerita disajikan dengan sangat menggantung. Pada buku kedua, kita dihadapkan pada arah konflik yang semakin bereskalasi. Saya memberikan rating 4/5 pada buku kedua karena lumayan mengunggah emosi saya. Sementara itu, pada buku ketiga saya sempat dibuat bingung dengan pembukaan buku ini karena latar cerita pada buku ketiga ini berbeda dengan kedua buku sebelumnya. Meskipun demikian, buku ketiga inilah yang proses membacanya paling saya nikmati. Seri Rapijali sukses menggoyahkan the 1st fictional boyfriend material saya dari yang tadinya adalah Alfa Sagala dari Supernova: Gelombang menjadi Oding 😅 Salah satu kelebihan dari seri Rapijali adalah adanya keseimbangan antara perkembangan karakter tokoh-tokohnya dengan plot cerita yang disajikan. Selain itu, sama seperti buku-buku Dee sebelumnya, kekuatan seri Rapijali masih terdapat pada dalamnya riset yang dilakukan oleh penulis. Sama seperti pada saat membaca seri Supernova, pada saat saya membaca seri Rapijali pun saya merasa dibawa "travelling" ke tempat-tempat yang dideskripsikan di dalam buku. Saya pribadi menghargai usaha Dee untuk membentuk karakter yang tidak hanya menonjolkan kelebihannya saja. Karakter utama dalam buku ini pun juga turut menunjukkan vulnerability-nya sebagai manusia sehingga seri buku ini terasa sangat dekat dan realistis. Buku ini cukup bermakna bagi saya, di mana saya kebetulan menemukan seri Rapijali ini pada saat saya baru saja meniti hobi baru di bidang musik (di mana tema utama dalam seri Rapijali ini adalah mengenai musik juga). (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Saya merekomendasikan seri Rapijali bagi teman-teman yang ingin mencari buku-buku bertemakan Young Adult. Selain itu, saya juga merekomendasikan teman-teman untuk langsung membeli ketiga buku ini secara langsung karena penutup pada buku pertama dan kedua cukup menggantung. JANGAN COPAS TANPA IZIN


 11. Narnia: The Voyage Of The Dawn Treader (1952) 
Penulis: C.S. Lewis
⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        The Voyage of the Dawn Treader merupakan buku ketiga dari seri Narnia. Sejujurnya, saya tidak berekspektasi bahwa cerita dalam buku ini akan berbeda dari buku-buku sebelumnya. Namun, nyatanya buku inilah yang mampu menyentuh sisi emosional saya. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Buku ini mengisahkan tentang perjalanan Lucy dan Edmund bersama dengan sepupu mereka yang bernama Eustace ke dunia Narnia. Dalam perjalanannya tersebut, mereka bertemu kembali dengan Prince Caspian. To be honest, plot cerita dalam buku ini sebenarnya biasa saja dan mudah ditebak. Namun, saya menemukan beberapa alegori mengenai kisah Alkitab di dalam buku ini. Misalnya saja, mengenai kisah Reepicheep pada bagian akhir buku ini. Kisah Reepicheep ini membuat saya menangis because it feels so close it hits home. Kisah mengenai Reepicheep ini membuat saya merefleksikan kehidupan saya secara keseluruhan, di mana saya merasa tertegur karena saya sadar bahwa saya belum memiliki karakter yang "layak" seperti Reepicheep. Saya selalu mendengar pendapat publik mengenai seri Narnia yang terinspirasi dari Alkitab, namun saya baru menyadari kaitan antara keduanya di buku ini. Menurut saya, it's helpful to have a knowledge about Bible beforehand sebelum membaca buku ini karena sebenarnya terdapat begitu banyak easter eggs dalam buku ini yang berkaitan langsung dengan referensi dalam Alkitab. Maka dari itu, buku ini merupakan buku yang lebih berfokus pada perkembangan karakter tokoh-tokohnya daripada plot ceritanya. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)


*****

        Nah, itulah 11 buku terbaik yang saya baca pada tahun 2022 ini. Buku ini bukan hanya merupakan buku-buku yang saya nikmati proses membacanya (enjoyable) saja, namun buku-buku ini juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam perubahan pikiran, emosi, maupun pembentukan sikap saya. Saya harap di tahun 2023 saya dapat menemukan buku-buku yang sama baiknya lagi dengan buku-buku ini. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Kira-kira apakah ada buku di dalam list ini yang juga masuk ke list buku terbaik teman-teman? 🙌 JANGAN COPAS TANPA IZIN

Comments