10 Buku yang Mengubah Hidup Saya (Non-Fiction)

        Apakah kalian memiliki buku favorit? Ada nggak buku-buku yang sangat bagus dan relate dengan kehidupan kalian sampai-sampai kalian merasa isi bacaan itu mempengaruhi hidup kalian? Tentu semua orang punya buku-buku favorit seperti itu ya. 😊 JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Setelah menulis artikel pertama saya kemarin, akhirnya saya jadi kembali bersemangat untuk menulis artikel di blog. Kali ini saya akan membahas beberapa buku favorit saya. Penilaian ini merupakan penilaian subjektif dan personal, sehingga tidak kesemua buku yang akan saya sebutkan adalah buku terbaik pada genre-nya. Saya memilih buku-buku ini menjadi buku terfavorit versi saya karena seperti yang saya katakan pada paragraf sebelumnya, buku ini mampu menyentuh sisi personal saya dan mempengaruhi kehidupan saya setelah saya membacanya. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Saya memiliki preferensi untuk membaca buku non-fiksi ketimbang buku fiksi. Alasan pertama adalah karena saya merasa apa yang disampaikan dalam buku non-fiksi menggambarkan data dan realita yang dapat saya resapi. Alasan lainnya adalah saya pribadi merasa agak kesulitan dalam membaca buku fiksi karena butuh imajinasi yang cukup tinggi untuk dapat memahami alur cerita dan karakter yang ditulis di dalamnya. Jadi, saya merasa membaca buku fiksi membutuhkan energi dan fokus yang lebih daripada membaca buku non-fiksi. 😅 Maka dari itu, bila saya sudah membaca lebih banyak buku fiksi mungkin ke depannya saya akan memulai membuat daftar buku-buku fiksi favorit saya. Namun untuk kali ini saya hanya akan memaparkan buku-buku non-fiksi favorit saya terlebih dahulu, yaitu: (SUMBER: dewijana.blogspot.com) JANGAN COPAS TANPA IZIN


 1. Atomic Habits (2018) 
Penulis: James Clear
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Buku Atomic Habits ini menjadi buku yang paling banyak dimiliki oleh orang-orang di lingkungan sekitar saya. Buku Atomic Habits ini sudah dirilis sejak tahun 2018, namun saya baru sempat membelinya pada tahun 2021. Sebenarnya, saya sendiri tidak sengaja membeli buku ini 😁 Waktu itu kebetulan saya sedang mondar-mandir melihat-lihat di dalam sebuah toko buku dalam waktu yang cukup lama sampai-sampai sudah diperhatikan oleh penjaga tokonya. Karena merasa tidak enak (pada saat itu hanya saya satu-satunya pelanggan yang ada di dalam toko), akhirnya saya pun memutuskan untuk membeli salah satu buku yang ada di rak secara random dan kebetulan buku yang saya ambil dari rak itu adalah buku Atomic Habits. Saya sempat menyesal pada saat membayarnya karena buku ini saya beli dengan harga normal (pada saat itu toko tersebut sedang tidak menggelar diskon). Namun, setelah membaca buku ini saya tarik kembali penyesalan saya. This book is worth every pennyJANGAN COPAS TANPA IZIN

        Buku Atomic Habits ini berisi uraian untuk membentuk kebiasaan positif di dalam hidup kita. Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan instruksi-instruksinya juga cukup mudah dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Buku ini cukup membantu saya dalam mengurangi kebiasaan buruk saya seperti kebiasaan bermain media sosial sampai lupa waktu. Buku ini juga mendorong saya untuk lebih aktif lagi dalam membentuk kebiasaan positif seperti membaca buku, berolahraga, dan menabung secara rutin. Buku ini memotivasi saya untuk melakukan kebiasaan positif sekecil apapun. Clear menyatakan bahwa lebih baik melakukan sebuah kebiasaan kecil tapi rutin daripada tidak melakukannya sama sekali. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Saya memberi nilai 5/5 untuk buku ini. Buku ini benar-benar mempengaruhi hidup saya karena setelah menjalankan instruksi yang ada di dalam buku ini, saya merasa kebiasaan-kebiasaan saya berubah ke arah yang lebih positif dan hal itu membuat saya menjadi lebih bahagia daripada sebelumnya. Karena buku ini, saya mulai melacak aktivitas yang saya lakukan sehingga saya dapat membatasi kebiasaan buruk yang secara tidak sadar saya lakukan. Menurut saya pribadi, buku ini adalah buku self development terbaik yang pernah saya baca. Saya merekomendasikan buku ini untuk siapapun yang sedang ingin membangun kebiasaan positif untuk hidup yang lebih baik.

(Saya beli Atomic Habits di sini)


 2. The Book You Wish Your Parents Had Read (2020) 
Penulis: Philippa Perry
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Buku ini merupakan buku parenting pertama yang pernah saya baca seumur hidup saya. Padahal, sejauh ini saya belum berencana untuk memiliki pasangan bahkan memiliki anak. Saya sempat skeptis di awal karena saya takut isi buku ini tidak akan sesuai dengan preferensi saya. Namun, setelah selesai membacanya ternyata buku ini justru menjadi salah satu buku terbaik yang pernah saya baca dalam hidup saya. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        The Book You Wish Your Parents Had Read dirilis pada tahun 2020 oleh seorang psikoterapis bernama Philippa Perry. Buku ini berisi mengenai aspek psikologis di balik hubungan orang tua dan anak. Sebagai seorang anak, untuk pertama kalinya saya merasa begitu "dimengerti" oleh isi buku yang saya baca. Perry menyatakan bahwa perilaku seseorang merupakan dampak dari didikan orang tuanya dan lingkungannya. Didikan orang tua tersebut juga dipengaruhi oleh didikan dari generasi sebelumnya. Buku ini seolah menjadi jawaban atas pertanyaan yang selalu saya lontarkan selama ini perihal mengapa saya merasa berbeda dengan orang-orang seusia saya di lingkungan saya. Melalui buku ini, saya belajar untuk mengampuni didikan-didikan keras dari orang tua saya karena buku ini mengajarkan saya bahwa setiap orang tua yang berperilaku tertentu terhadap anaknya biasanya juga mendapatkan perlakuan yang sama dari orang tuanya sewaktu mereka masih kecil. Buku ini memberikan saya harapan bahwa saya dapat menjadi agen perubahan dalam memutuskan rantai toxic relationship dan toxic attachment dalam keluarga saya. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Saya memberi nilai 5/5 untuk buku ini karena buku ini mengubah pandangan saya terhadap diri saya sendiri dan terhadap orang tua saya. Buku ini juga mengubah pandangan saya untuk dapat lebih bersimpati terhadap anak-anak, di mana sebelumnya saya memiliki rasa ketidaksukaan pada anak-anak. Selain itu, buku ini juga mengajarkan saya agar dapat menjadi sosok 'orang tua' atau mentor yang baik bagi generasi berikutnya. Saya merekomendasikan buku ini sebagai salah satu buku yang wajib dibaca oleh semua orang setidaknya satu kali seumur hidup. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

(Saya beli The Book You Wish Your Parents Had Read di sini)


 3. Homo Deus: A History of Tomorrow (2017) 
Penulis: Yuval Noah Harari
⭐⭐⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Saya pertama kali membeli buku ini di Gramedia pada saat saya masih menekuni bacaan sejarah di tahun 2018. Sebelumnya, saya belum pernah membaca buku Sapiens yang merupakan "prequel" dari buku Homo Deus ini. Walaupun demikian, saya tidak merasa canggung atau terhilang saat membaca buku ini karena di dalam buku ini Harari juga memaparkan kembali beberapa point-point utama yang terdapat di buku Sapiens(SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Homo Deus dirilis pada tahun 2017. Menurut saya, buku ini merupakan tulisan mengenai prediksi masa depan oleh Harari yang didapatkannya melalui pola-pola sejarah yang telah ada. Salah satu yang menarik dari buku ini adalah buku ini turut memprediksi adanya kemungkinan terjadinya pandemi, perang, dan kelaparan yang berpotensi mengancam masa depan umat manusia. Rasanya saya perlu memberikan apresiasi terhadap Yuval Noah Harari mengingat buku ini telah dirilis 5 tahun yang lalu namun tulisannya masih tetap relevan hingga saat ini. Ini adalah buku pertama yang membuat saya menjadi jatuh hati terhadap dunia antropologi. Saya ingat saya merasa tertegun setelah membaca buku ini karena buku ini sungguh melebihi ekspektasi saya. Sesuai judulnya yaitu Homo Deus (t/r: Manusia Dewa), buku ini memaparkan kemungkinan destruksi yang akan terjadi di dunia akibat manusia yang berlomba-lomba untuk menjadi 'manusia dewa'. Manusia dewa di sini artinya manusia mengusahakan kemajuan di bidang teknologi untuk dapat menjadi 'penguasa' atas alam dan juga atas manusia-manusia lainnya. Akibatnya, akan terjadi kerusakan-kerusakan di dunia akibat kerakusan manusia yang semakin menjadi-jadi. Sebelum topik mengenai artificial intelligence (AI) cukup booming di negara kita, buku ini sudah memberikan peringatan terhadap bahaya yang akan mengintai bila perkembangan teknologi AI tidak dapat dikendalikan manusia yang berakibat berujung pada kebablasan. Meskipun demikian, buku ini juga memberikan saya harapan akan adanya gerakan perubahan untuk memulihkan dunia ini. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Saya memberikan nilai 5/5 untuk buku ini. Buku ini benar-benar tidak seperti buku yang pernah saya baca sebelumnya. Salah satu kelebihan buku ini adalah meskipun buku ini memuat topik yang sangat kompleks dan tidak mudah diuraikan, namun Harari mampu menuangkannya ke dalam bahasa yang sederhana dan mudah dicerna oleh semua kalangan. Saya merekomendasikan buku ini sebagai salah satu bacaan yang harus dibaca paling tidak sekali seumur hidup oleh semua orang. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

(Saya beli Homo Deus di sini)


 4. 21 Lessons for A 21st Century (2018) 
Penulis: Yuval Noah Harari
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Pada paragraf sebelumnya saya sudah menyatakan bahwa salah satu kelebihan Harari adalah beliau mampu menyajikan sebuah tulisan yang kompleks dengan bahasa yang sederhana. Karena itu, saya memutuskan untuk membaca buku lanjutan dari Homo Sapiens, yaitu 21st Lessons for the 21st Century. Buku ini merupakan buku terakhir dari trilogi Sapiens (urutan buku: Sapiens - Homo Deus - 21 Lessons for the 21st Century). (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Bila dalam buku Homo Deus dipaparkan bahwa manusia berlomba-lomba menciptakan teknologi-teknologi baru untuk mengemban status sebagai 'manusia dewa', maka dalam buku 1st Lessons for the 21st Century ini teknologi-teknologi baru tersebut dianggap sebagai fenomena yang sudah terjadi dan tidak dapat dihindari lagi. Satu-satunya jalan adalah untuk menghadapinya. Dalam buku ini, Harari memberikan kita 21 nasihat untuk dapat menyikapi perkembangan teknologi-teknologi yang eksponensial di abad ke-21 ini. Tidak seperti Homo Deus yang lebih didominasi oleh informasi-informasi sejarah beserta pola-polanya, buku 21 Lessons for 21st Century ini bagi saya cenderung lebih didominasi oleh nasihat-nasihat self improvement. Seperti Homo Deus, buku ini juga dapat dibaca terpisah dari 2 buku lainnya di dalam trilogi Sapiens(SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Saya memberikan nilai 5/5 untuk buku ini. Buku ini mengubah hidup saya karena buku ini memperkenalkan saya pada dunia teknologi baru (seperti AI) dan memberikan nasihat berupa siasat-siasat untuk menghadapinya. Buku ini mengajarkan saya untuk hidup bergaul dengan teknologi, bukan menghindarinya. Saya juga akan merekomendasikan buku ini pada teman-teman karena sejauh ini buku ini adalah buku panduan teknososial terbaik yang pernah saya baca dibandingkan dengan buku-buku sejenis. JANGAN COPAS TANPA IZIN

(Saya beli 21 Lessons for the 21st Century di sini)


 5. How the World Works (2011) 
Penulis: Noam Chomsky
⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Saya tumbuh di lingkungan yang tidak terlalu vokal terhadap politik. Hal itu sempat menjadikan saya bersikap apatis terhadap isu-isu politik yang ada. Namun, semua hal itu berubah setelah saya mulai membaca tulisan Noam Chomsky. How the World Works adalah buku pertama Chomsky yang saya baca. Chomsky sendiri dikenal sebagai linguis, filsuf, ilmuwan kognitif, esayis, serta kritikus sosial dan politik.  (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Kalau kalian sebelumnya suka menonton video-videonya HasanAbi atau sering mencari tahu mengenai gerakan sosialis, maka pasti sudah tak asing lagi dengan nama Chomsky. Buku ini cukup unik karena strukturnya lebih seperti transkripsi wawancara antara pewawancara dan Noam Chomsky sendiri. Buku ini cukup membuka mata saya terhadap isu-isu di dunia politik karena Chomsky memaparkan kritik-kritik beliau terhadap keputusan-keputusan politik negara Amerika Serikat yang mempengaruhi stabilitas negara-negara lain. Buku inilah yang menggugah ketertarikan saya terhadap isu-isu dunia politik. Buku ini juga menyadarkan saya bahwa kepekaan dan suara masing-masing anggota masyarakat sangat berharga untuk membangun sebuah negara yang demokratis. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Saya memberikan nilai 4/5 untuk buku ini karena buku ini mampu membuat saya yang tadinya apatis menjadi lebih sadar akan isu-isu politik di sekitar. Kelemahannya adalah walaupun saya menyetujui beberapa pemikiran Chomsky yang tertuang dalam buku ini, namun ada kalanya penyampaian Chomsky di buku ini cenderung terkesan menggurui. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

(Saya beli How the World Works di sini)


 6. Masters of the Word (2013) 
Penulis: William J. Bernstein
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Saya menemukan buku ini dari festival Big Bad Wolf 2021 dengan harga yang sangat miring. Alasan saya membeli buku ini adalah karena saya berharap bahwa informasi yang disajikan dalam buku ini dapat membantu penelitian saya dalam bidang perkuliahan yang sedang saya jalani. Namun, setelah membaca 50 halaman awal saya malah berhenti membaca dan mengalami reading slump karena apa yang saya baca itu tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Namun, tak berapa lama kemudian saya coba melanjutkannya lagi. Ternyata buku ini sesuai dengan ekspektasi saya, namun saya hanya tidak sabar saja di awal karena buku ini benar-benar slow-paced 😅 JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Masters of the Word dipublikasikan pada tahun 2013. Buku ini mengupas tentang sejarah komunikasi manusia dari masa prasejarah hingga masa modern secara mendetail. Bernstein memaparkan bahwa sistem komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat turut berperan dalam membentuk peradaban. Semakin maju sistem komunikasi yang ada, semakin modern pula peradaban masyarakat tersebut. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Saya memberi nilai 5/5 untuk buku ini. Hal ini disebabkan karena buku ini benar-benar mempengaruhi hidup saya untuk lebih mendalami sistem komunikasi yang ada di dalam masyarakat. Selain itu, buku ini juga menjadi berkat untuk saya karena buku ini menjelaskan mengenai fakta sejarah yang tidak saya ketahui sebelumnya, yaitu perjuangan gerakan reformasi Martin Luther dan rekan-rekannya yang dibantu oleh media komunikasi cetak pada saat itu. Kelemahan buku ini adalah buku ini tidak mengulas fenomena komunikasi paling vital yang sedang berlangsung pada saat ini, yaitu sistem komunikasi melalui media baru. JANGAN COPAS TANPA IZIN

(Saya beli Masters of the Word di sini)


 7. Raden Saleh: Kehidupan dan Karyanya (2018) 
Penulis: Werner Kraus
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Buku Raden Saleh ini merupakan buku biografi bapak seni modern Indonesia, Raden Saleh. Raden Saleh seni merupakan sosok inspirasional bagi saya. Saya teringat pada saat saya berada di bangku kuliah, saya sempat mengambil tema Raden Saleh untuk salah satu tugas perkuliahan saya. Namun ironinya, ternyata tidak banyak informasi mengenai Raden Saleh yang bisa saya dapatkan pada saat itu. Bahkan setelah mengunjungi rumah Raden Saleh di daerah Cikini, Menteng (kini bangunan itu menjadi bagian dari RS PGI Cikini), ternyata tak banyak warga sekitar yang mengenal sejarah akan sosok Raden Saleh ini. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Hal itulah yang kemudian membuat saya merasa sangat bersemangat ketika menemukan buku biografi tentang Raden Saleh ini di Gramedia pada awal masa pandemi 2020. Buku ini ditulis oleh Werner Kraus, yaitu seorang akademisi Jerman yang sudah lebih dari 20 tahun melakukan penelitian tentang Raden Saleh. Buku ini menceritakan perjalanan hidup Raden Saleh sejak meninggalkan keluarganya hingga menempuh pendidikan di Jerman dan Belanda. Kraus mampu menggambarkan rasa dilema krisis identitas yang dialami oleh Raden Saleh karena di satu sisi ia adalah seorang pribumi, namun di sisi lain selera seninya juga dipengaruhi oleh lingkungan koloni. Pada akhirnya, Raden Saleh merasa tidak diterima seutuhnya pada salah satu dari kedua kelompok tersebut. Dilema yang dialami Raden Saleh ini turut beresonansi dengan kehidupan saya karena saya sendiri juga merupakan anak birasial yang berada dalam dua kelompok yang berbeda. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Saya memberikan nilai 5/5 untuk buku ini karena saya mampu mengidentifikasi diri saya dengan karakter Raden Saleh yang dituliskan di buku ini. Selain itu, buku ini juga mengubah hidup saya karena setelah membaca buku ini saya kembali bertekad untuk belajar melukis kembali setelah sebelumnya sempat putus asa dalam dunia seni lukis. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

(Saya beli Raden Saleh di sini)


 8. Irresistible: The Rise of Addictive Technology and the Business of Keeping Us Hooked (2017) 
Penulis: Adam Alter
⭐⭐⭐⭐⭐


(Sumber di sini)

        Saya juga menemukan buku ini di festival buku Big Bad Wolf 2020 dengan harga yang sangat terjangkau, namun saya baru sempat membacanya pada akhir 2021 karena sejujurnya saya tidak ingat pernah membeli buku ini pada saat itu. Hahaha. Sebenarnya, saya tidak berekspektasi tinggi saat pertama kali membaca buku ini karena sekilas buku ini nampak seperti buku-buku self development lainnya. Tapi ternyata buku ini merupakan salah satu buku yang mampu mengubah pemikiran saya. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Irresistible merupakan buku yang mencurahkan keluh kesah penulisnya, Adam Alter, terhadap perkembangan teknologi internet (dalam hal ini teknologi smartphone, tablet, media sosial, dsb) yang secara tidak sadar berdampak pada aspek psikologis manusia. Alter memaparkan bahwa masalah konsentrasi yang dialami oleh manusia pada saat ini sebagian besar merupakan dampak dari teknologi internet. Bagian yang paling menohok saya adalah pada bagian pembukaan, di mana Alter memperlihatkan data mengenai para pendiri teknologi smartphone dan platform media sosial yang ternyata membatasi akses anak-anak mereka masing-masing terhadap teknologi yang mereka ciptakan sendiri. Data ini mengindikasikan bahwa mereka yang menciptakan teknologi tersebut tahu betul tentang dampak adiktif dari teknologi buatannya sehingga mereka tidak ingin membahayakan anak-anaknya. Lantas, mengapa teknologi-teknologi ini kemudian menjadi pengendali hidup kita sehari-hari dan bahkan menyebabkan disrupsi bagi seluruh aspek kehidupan kita? JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Saya memberi nilai 4.5/5 untuk buku ini karena buku ini merupakan buku genre teknologi pertama yang saya baca yang benar-benar mampu membuka mata saya terhadap isu disrupsi teknologi dan kaitannya dengan psikologis manusia. Buku ini mengubah hidup saya karena buku ini mendorong saya untuk memfokuskan tujuan studi saya pada bidang literasi digital dan perilaku dalam ranah media baru. Selain itu, buku ini mengubah hidup saya karena buku ini membangkitkan saya dari reading slump yang saya alami sejak tahun 2020 (buku Raden Saleh di atas adalah buku terakhir yang saya baca di tahun 2020 pada bulan Februari). Pada akhir tahun 2021, saya mencoba untuk membaca buku lagi dimulai dari buku Irresistible ini. Karena topik buku ini membuka pandangan saya terhadap disrupsi teknologi, saya jadi bersemangat untuk membaca buku-buku kembali dengan harapan saya dapat mendapatkan informasi yang bermanfaat seperti yang dipaparkan di buku ini. Kelemahan buku ini adalah ada beberapa bagian yang diulang-ulang. Selain itu, penulis tidak benar-benar memberikan alternatif solusi terhadap masalah yang ada. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

(Saya beli Irresistible di sini)


 9. Memories, Dreams, Reflections (1989)
Penulis: Carl G. Jung
⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Masih teringat di benak saya bahwa perkenalan saya dengan teori Carl Jung berawal dari tugas di bangku perkuliahan. Pada waktu itu saya sedang melakukan penelitian mengenai interpretasi makna simbol antara masa prasejarah dengan masa modernisme. Seorang dosen memberi saran untuk menggunakan teori Carl Jung sebagai landasan teori penelitian saya. Teori Carl Jung inilah yang kemudian menjadi pemantik awal kecintaan saya terhadap teori simbolisme dan ketidaksadaran kolektif. Buku ini juga membuka jalan bagi kecintaan saya terhadap aktivitas membaca buku non-fiksi. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Memories, Dreams, Reflections merupakan buku autobiografi mengenai pengalaman kehidupan dan pemikiran Carl Jung yang ditulis oleh beliau sendiri. Jung menulis buku Memories, Dreams, Reflections pada akhir masa hidupnya, yaitu pada tahun 1961. Kemudian buku ini baru dipublikasikan pada tahun 1989. Saya merasa lebih mengenal sosok Jung setelah membaca buku ini karena dengan membaca buku ini, saya mengidentifikasi diri saya sendiri dengan perjalanan hidup Jung sehingga beliau menjadi sosok yang sangat menginspirasi saya. Pemikiran dan tulisan Jung sendiri tak luput dari pengaruh mentornya, yaitu Sigmund Freud. Namun, saya pribadi merasa lebih relate dengan pemikiran Jung daripada Freud karena pemikiran Jung lebih berfokus pada aspek spiritual, sedangkan pemikiran Freud sangat dipengaruhi oleh gerakan modernisme yang lebih kaku. Saya membaca buku ini pada tahun 2017. Meskipun genre-nya adalah autobiografi, namun buku ini memberikan saya harapan untuk bangkit kembali. Salah satu kutipan dalam buku Memories, Dreams, Reflections yang sangat membantu saya untuk bangkit lagi adalah sebagai berikut: (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

"The decisive question for man is: Is he related to something infinite or not? That is the telling question of his life. Only if we know that the thing which truly matters is the infinite can we avoid fixing our interests upon futilities.......Thus we demand that the world grant us recognition for qualities which we regard as personal possessions: our talent or our beauty. The more a man lays stress on false possessions, and the less sensitivity he has for what is essential, the less satisfying is his life."

        Buku ini menjadi salah satu buku yang mengubah hidup saya karena pada akhirnya saya memegang kutipan tersebut sebagai prinsip hidup saya hingga saat ini. Pemikiran Jung sendiri sebenarnya bersifat sekuler dan beliau tidak mengasosiasikan tulisannya dengan kepercayaan manapun (kecuali pada saat beliau menceritakan mengenai ayahnya yang adalah seorang pendeta dan perjalanan beliau ke India yang membuat beliau mempelajari kepercayaan lokal). Namun, tulisan kutipan di atas cukup menggugah saya yang pada saat itu sedang mengalami depresi berat. Saya menyadari bahwa saya harus mengubah orientasi saya pada hal-hal yang kekal, bukan hal-hal material di dunia ini. Yang harus saya kejar bukanlah hal-hal yang dapat rusak atau hilang. Tulisan Jung ini menjadi pengingat bagi saya untuk berbalik dan beribadah kembali. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Saya memberikan nilai 4/5 untuk buku ini. Buku ini memang bukan buku yang sempurna, namun buku ini sungguh mampu mempengaruhi pola pikir dan hidup saya secara personal.


 10. The Hero with A Thousand Faces (1972) 
Penulis: Joseph Campbell
⭐⭐⭐

(Sumber di sini)

        Berkaitan dengan Carl Jung, Joseph Campbell ini adalah salah seorang penulis yang tulisannya dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Carl Jung dan Sigmund Freud. Buku ini dipublikasikan pada tahun 1972. The Hero with a Thousand Faces berisi tulisan mengenai kombinasi antara kajian psikologis dengan kajian spiritual. Buku ini mengupas arketipe-arketipe mengenai myth (mitos) yang tergabung dalam sebuah pola bernama the hero's journey. Hero's journey adalah template umum yang membentuk sebuah pola cerita heroik dari seseorang. Pola-pola ini diekstraksi oleh Campbell dari pemetaan alur hidup beberapa tokoh-tokoh besar di dunia. Campbell percaya bahwa dalam hidup seseorang, keduabelas pola ini akan berputar terus membentuk sebuah siklus. Bila seseorang sudah mencapai ujung tahap pola tersebut, maka orang itu akan mengalami "naik kelas" ke tahap hidup selanjutnya yang lebih kompleks untuk memulai siklus ini lagi sedari awal. Ada 12 tahap pola hero's journey yang dipaparkan secara detail di dalam buku ini. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)

        Karya Campbell ini menjadi populer karena buku inilah yang menginspirasi George Lucas untuk menulis karakter Luke Skywalker dan Darth Vader pada cerita Star Wars. Bila kita tinjau kehidupan karakter Luke Skywalker pada Star Wars episode 4-6, kita akan melihat bahwa ada pola hero's journey dalam kehidupan Luke Skywalker. Pola-pola inilah yang menjadi landasan storyline pada masing-masing episode film Star Wars. Pola hero's journey ini selalu berawal dari tahap inisiasi--yaitu pada saat tokoh utama yang tidak tahu apa-apa dipanggil keluar dari zona nyamannya--dan berakhir pada tahap kepulangan--yang umumnya dilakukan setelah tokoh utama tersebut 'bangkit' sesudah mendapatkan pencapaian heroiknya. Pola ini tidak hanya dapat dilihat pada karakter Luke Skywalker saja. Pola ini dapat kita temukan pada beberapa karakter di kisah-kisah mainstream lainnya bahkan dapat kita temukan dalam kehidupan kita sendiri. JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Saya memberikan nilai 4/5 untuk buku ini. Kelemahannya adalah ada beberapa bagian yang diulang-ulang. Namun, saya tetap menjadikan buku ini sebagai buku favorit karena buku ini mampu membentuk pandangan saya terhadap hidup saya. Saya jadi mengidentifikasikan diri saya sendiri ke dalam hero's journey. Buku ini mengajarkan saya agar tidak menyerah bila sedang menghadapi tantangan hidup karena pada akhirnya saya bisa bangkit kembali. Selain itu, pola-pola hero's journey dalam buku ini juga membantu saya dalam mengembangkan cerita dan karakter yang saya tulis sebagai scriptwriter. (SUMBER: dewijana.blogspot.com)


*****

        Nah, itulah 10 buku non-fiksi (non-fiction) yang mengubah hidup saya. Meskipun tidak semua buku-buku di atas merupakan buku genre self development, namun saya merasa kesepuluh buku tersebut telah membantu untuk membentuk pemikiran saya dan kehidupan saya untuk menjadi lebih positif. (SUMBER: dewijana.blogspot.com) JANGAN COPAS TANPA IZIN

        Terima kasih untuk teman-teman yang sudah membaca dari paragraf pembukaan sampai ke penutup. Hahaha. Kira-kira apa saja buku-buku yang mengubah hidup teman-teman sekalian? Kalian bisa comment di bawah ya untuk berdiskusi bersama!

Comments

Popular posts from this blog

11 BUKU TERBAIK YANG SAYA BACA DI TAHUN 2022 (Indonesia)